MAKALAH RADIKALISME DI TINJAU
DARI IDEOLOGI PANCASILA
Pancasila
Penyusun:
Raka Nur Wahyudi (22) MI2
Dosen Pembimbing:
Drs. Suyono, M.Mpd
Prodi Managemen Informatika
AKADEMI KOMUNITAS NEGERI (AKN) BOJONEGORO
TAHUN AJARAN 2015/2016
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal
tentang Radikalisme di Tinjau dari Ideologi Pancasila yang kami
sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik
lagi di masa yang akan datang.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Bojonegoro, Januari 2016
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................
Kata Pengantar......................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................................................
a.
Latar
Belakang
b.
Rumusan
Masalah
c.
Tujuan
Penulisan
BAB 2. PEMBAHASAN.....................................................................................................
1.
SEJARAH RADIKALISME
a. Definisi Radikalisme
b.
Faktor-Faktor Penyebab
Munculnya Gerakan Radikalisme
c. Asal Kemunculan Radikalisme
2.
RADIKALISME DI
TINJAU DARI IDEOLOGI PANCASILA
a.
Implementasi
Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi Radikalisme
b.
Membentengi
Pemuda Dari Radikalisme
BAB
3.PENUTUP................................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
a.
LATAR BELAKANG
Indonesia dewasa ini dihadapkan
dengan persoalan dan ancaman radikalisme, terorisme dan separatisme yang
kesemuanya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945.
Radikalisme merupakan ancaman terhadap ketahanan ideologi. Apabila Ideologi
negara sudah tidak kokoh maka akan berdampak terhadap ketahanan nasional.
Radikalisme dapat diartikan sebagai
sikap atau paham yang secara ekstrim, revolusioner dan militan untuk
memperjuangkan perubahan dari arus utama yang dianut masyarakat. Radikalisme
tidak harus muncul dalam wujud yang berbau kekerasan fisik. Ideologi pemikiran,
kampanye yang masif dan demonstrasi sikap yang berlawanan dan ingin mengubah
mainstream dapat digolongkan sebagai sikap radikal.
Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang
kini tengah dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya
radikalisme dalam agama di Indonesia menjadi fenomena sekaligus bukti nyata
yang tidak bisa begitu saja diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme
keagamaan yang semakin meningkat di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi
kekerasan dan teror. Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi dan energi
kemanusiaan serta telah merenggut hak hidup orang banyak termasuk orang yang
sama sekali tidak mengerti mengenai permasalahan ini. Meski berbagai seminar
dan dialog telah digelar untuk mengupas persoalan ini yaitu mulai dari
pencarian sebab hingga sampai pada penawaran solusi, namun tidak juga kunjung
memperlihatkan adanya suatu titik terang.
Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang
bisa dipahami secara beragam, namun secara esensial, radikalisme agama umumnya
memang selalu dikaitkan dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai
yang diperjuangkan kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku
atau dipandang mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan,
pergesekan ataupun ketegangan, pada akhirnya menyebabkan konsep dari
radikalisme selalu saja dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas
yang saat ini telah terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat
mendukung dan semakin memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.
b. RUMUSAN
MASALAH
Dari sekian banyak materi yang ada, dalam Makalah ini
penyusun mencoba menguraikan
mengenai :
-
Sejarah radikalisme,
-
Implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi
radikalisme,
-
Pembentengan terhadap pemuda dari radikalisme.
c.
TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila
dan
untuk menambah pengetahuan tentang Tinjauan Ideologi Pancasila Terhadap
Radikalisme.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. SEJARAH
RADIKALISME
a. Definisi Radikalisme
Radikalisme
itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan dengan
satu tujuan
yang dianggap benar tapi dengan menggunakan cara yang salah. Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau
drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa
dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme menurut pengertian lain
adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan kekerasan. Yang dimaksud
dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering
menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam
merupakan agama kedamaian yang mengajarkan sikap berdamai dan mencari
perdamaian Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam
menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik.
Dawinsha mengemukakan defenisi radikalisme
menyamakannya dengan teroris. Tapi ia sendiri memakai
radikalisme dengan membedakan antara keduanya. Radikalisme adalah kebijakan dan
terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut. defenisi Dawinsha lebih nyata
bahwa radiklisme itu mengandung sikap jiwa yang membawa kepada tindakan yang
bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan menggantinya dengan
gagasan baru.
Makna yang terakhir ini, radikalisme adalah
sebagai pemahaman negatif dan bahkan bisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim
kiri atau kanan.
b. Faktor-Faktor Penyebab
Munculnya Gerakan Radikalisme
Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah
gerakan yang muncul begitu saja tetapi
memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi
faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme. Diantara faktor-faktor itu
adalah :
Pertama, faktor-faktor sosial-politik. Gejala kekerasan “agama” lebih tepat dilihat
sebagai
gejala sosial-politik daripada gejala keagamaan.
Gerakan yang secara salah kaparah oleh Barat disebut sebagai radikalisme Islam
itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya dari sudut konteks sosial-politik
dalam kerangka historisitas manusia yang ada di masyarakat. Sebagaimana
diungkapkan Azyumardi Azra bahwa memburuknya posisi negara-negara Muslim dalam
konflik utara-selatan menjadi penopong utama munculnya radikalisme. Secara
historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan oleh
kalangan radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan membenturkan
diri dengan kelompok lain ternyata lebih berakar pada masalah sosial-politik.
Dalam hal ini kaum radikalisme memandang fakta historis bahwa umat Islam tidak
diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan terhadap
kekuatan yang mendominasi.
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama kaum
radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan untuk
mencapai tujuan “mulia” dari politiknya. Tentu saja hal yang demikian ini tidak
selamanya dapat disebut memanipulasi agama karena sebagian perilaku mereka
berakar pada interpretasi agama dalam melihat fenomena historis. Karena
dilihatnya terjadi banyak Islam dan Wacana … [Syamsul Bakri] 7 penyimpangan dan
ketimpangan sosial yang merugikan komunitas Muslim maka terjadilah gerakan
radikalisme yang ditopang oleh sentimen dan emosi keagamaan.
Kedua, faktor emosi keagamaan. Harus diakui bahwa salah satu
penyebab gerakan radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di
dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan
tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan
sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci yang
absolut) walalupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol
agama seperti dalih membela agama, jihad dan mati syahid. Dalam konteks ini
yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas
yang sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan subjektif.
Ketiga, faktor kultural. Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang
melatar belakangi munculnya radikalisme. Hal ini wajar
karena memang secara kultural, sebagaimana diungkapkan Musa Asy’ari 12 bahwa di
dalam masyarakat selalu diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan
jaring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai. Sedangkan yang
dimaksud faktor kultural di sini adalah sebagai anti tesa terhadap budaya
sekularisme. Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yang dianggab sebagai
musuh yang harus dihilangkan dari bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan
adanya dominasi Barat dari berbagai aspeknya atas negeri-negeri dan
budaya Muslim. Peradaban barat sekarang ini merupakan ekspresi dominan dan
universal umat manusia yang telah dengan sengaja melakukan proses marjinalisasi
seluruh sendi-sendi kehidupan muslim sehingga umat Islam menjadi terbelakang
dan tertindas.
Keempat, faktor ideologis anti westernisme. Westernisme merupakan
suatu pemikiran yang membahayakan Muslim dalam mengaplikasikan syari’at Islam.
Sehingga simbol-simbol Barat harus dihancurkan demi penegakan syari’at Islam.
Walaupun motivasi dan gerakan anti Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan
keyakinan keagamaan tetapi jalan kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru
menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam
budaya dan peradaban.
Kelima, faktor kebijakan pemerintah. Ketidakmampuan pemerintahan di negara-negara
Islam untuk bertindak memperbaiki situasi atas
berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam disebabkan dominasi
ideologi, militer maupun ekonomi dari negera-negara besar. Dalam hal ini
elit-elit pemerintah di negeri-negeri Muslim belum atau kurang dapat mencari
akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan (radikalisme) sehingga
tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi umat. Di samping itu,
faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan umat Islam juga menjadi
faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam.
Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan dahsyat dan sangat
sulit untuk ditangkis sehingga sebagian “ekstrim” yaitu perilaku radikal
sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada komunitas Muslim.
c. Asal
Kemunculan Radikalisme
Sejarah kemunculan gerakan radikalisme dan
kelahiran kelompok fundamentalisme dalam islam lebih di rujuk karena dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah
adanya legitimasi teks keagamaan, dalam melakukan “perlawanan”
itu sering kali menggunakan legitimasi teks (baik teks keagamaan
maupun teks “cultural”) sebagai penopangnya. untuk kasus gerakan “ekstrimisme
islam” yang merebak hampir di seluruh kawasan islam
(termasuk indonesia)
juga menggunakan teks-teks keislaman (Alquran, hadits dan classical sources kitab kuning) sebagai basis legitimasi teologis,
karena memang teks tersebut secara tekstual ada yang mendukung terhadap
sikap-sikap eksklusivisme dan ekstrimisme ini.
Faktor internal lainnya
adalah dikarenakan gerakan ini mengalami frustasi yang mendalam
karena belum mampu mewujudkan cita-cita berdirinya ”negara islam
internasional” sehingga pelampiasannya dengan cara anarkis; mengebom fasilitas
publik dan terorisme. Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan
radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah
solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi
hal ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan
agama.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri
dari beberapa sebab di antaranya :
pertama, dari aspek ekonomi
politik, kekuasaan
depostik pemerintah yang menyeleweng
dari nilai-nilai fundamental islam. Itu artinya, rezim di negara-negara
islam gagal menjalankan nilai-nilai idealistik islam. Rezim-rezim itu bukan
menjadi pelayan rakyat, sebaliknya berkuasa dengan sewenang-wenang bahkan
menyengsarakan rakyat. Penjajahan Barat yang serakah, menghancurkan serta
sekuler justru datang belakangan, terutama setelah ide kapitalisme global dan
neokapitalisme menjadi pemenang. Satu ideologi yang kemudian mencari daerah
jajahan untuk dijadikan “pasar baru”. Industrialisasi dan ekonomisasi pasar
baru yang dijalankan dengan cara-cara berperang inilah yang sekarang hingga melanggengkan kehadiran
fundamentalisme islam.
Kedua, faktor budaya, faktor
ini menekankan pada budaya barat yang mendominasi
kehidupan saat ini, budaya sekularisme yang dianggap sebagai musuh
besar yang harus dihilangkan dari bumi.
Ketiga, faktor sosial politik,
pemerintah yang kurang tegas dalam mengendalikan masalah
teroris ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu faktor masih
maraknya radikalisme di kalangan umat islam.
2.
RADIKALISME DI TINJAU DARI IDEOLOGI PANCASILA
a. Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Menghadapi Radikalisme
Dalam masa
orde baru, untuk menanamkan dan memasyarakatkan kesadaran akan nilai
nilai
Pancasila dibentuk satu badan yang bernama BP7.
Badan tersebut merupakan penanggung jawab (leading sector) terhadap
perumusan, aplikasi, sosialisasi, internalisasi terhadap pedoman penghayatan
dan pengamalan Pancasila, dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan
bernegara.
Saat ini
Pancasila adalah ideologi yang terbuka., dan sedang diuji daya tahannya
terhadap
gempuran,
pengaruh dan ancaman ideologi-ideologi besar lainnya, seperti liberalisme (yang
menjunjung kebebasan dan persaingan), sosialisme (yang menekankan harmoni),
humanisme (yang menekankan kemanusiaan), nihilisme (yang menafikan nilai-nilai
luhur yang mapan), maupun ideologi yang berdimensi keagamaan.
Pancasila,
sebagai ideologi terbuka pada dasarnya memiliki nilai-nilai universal yang sama
dengan
ideologi lainnya, seperti keberadaban, penghormatan akan HAM, kesejahteraan,
perdamaian dan keadilan. Dalam era globalisasi, romantisme kesamaan historis
jaman lalu tidak lagi merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh.
Kepentingan akan tujuan yang akan dicapai lebih kuat pengaruhnya daripada
kesamaan latar kesejarahan. Karena itu, implementasi nilai-nilai Pancasila,
agar tetap aktual menghadapi ancaman radikalisme harus lebih ditekankan pada penyampaian tiga message berikut :
a. Negara ini
dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan, di mana di dalamnya tidak
boleh ada yang merasa sebagai pemegang saham utama, atau warga kelas satu.
b. Aturan main dalam bernegara telah
disepakati, dan Negara memiliki kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota
negaranya yang berusaha secara sistematis untuk merubah tatanan, dengan
cara-cara yang melawan hukum.
c. Negara memberikan perlindungan,
kesempatan, masa depan dan pengayoman seimbang untuk meraih tujuan nasional
masyarakat adil dan makmur, sejahtera, aman, berkeadaban dan merdeka.
Nilai-nilai
Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetap diimplementasikan itu adalah :
Ø
Kebangsaan dan persatuan
Ø
Kemanusiaan dan penghormatan
terhadap harkat dan martabat manusia
Ø
Ketuhanan dan toleransi
Ø
Kejujuran dan ketaatan terhadap
hukum dan peraturan
Ø
Demokrasi dan kekeluargaan
Ketahanan
Nasional merupakan suatu kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan
dan dibina
secara terus menerus secara sinergis dan dinamis mulai dari pribadi, keluarga,
lingkungan dan nasional yang bermodalkan keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional.
Salah satu
unsur ketahanan nasional adalah Ketahanan Ideologi. Ketahanan Ideologi perlu
ditingkatkan
dalam bentuk :
Ø
Pengamalan Pancasila secara objektif
dan subjektif
Ø
Aktualisasi, adaptasi dan relevansi
ideologi Pancasila terhadap nilai-nilai baru
Ø
Pengembangan dan penanaman
nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam seluruh kehidupan
berbangsa,
bermasyarakat.
b. Membentengi Pemuda Dari Radikalisme
Pemuda
adalah aset bangsa yang sangat berharga. Masa depan negeri ini bertumpu pada
kualitas
mereka. Namun ironisnya, kini tak sedikit kaum muda yang justru menjadi pelaku
terorisme. Serangkaian aksiterorisme mulai dari Bom Bali-1, Bom Gereja
Kepunton, bom di JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton,hingga aksi penembakan Pos
Polisi Singosaren di Solo dan Bom di Beji dan Tambora, melibatkan pemuda. Sebut
saja, Dani Dwi Permana, salah satu pelaku Bom di JW Marriot dan Hotel
Ritz-Carlton, yang saat itu berusia 18 tahun dan baru lulus SMA.
Fakta di
atas diperkuat oleh riset yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian
(LaKIP).
Dalam risetnya tentang radikalisme di kalangan siswa dan guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Jabodetabek, pada Oktober 2010-Januari 2011, LaKIP menemukan
sedikitnya 48,9 persen siswa menyatakan bersedia terlibat dalam aksi kekerasan
terkait dengan agama dan moral.
Rentannya
pemuda terhadap aksi kekerasan dan terorisme patut menjadi keprihatinan kita
bersama.
Banyak faktor yang menyebabkan para pemuda terseret ke dalam tindakan
terorisme, mulai dari kemiskinan, kurangnya pendidikan agama yang damai,
gencarnya infiltrasi kelompok radikal, lemahnya semangat kebangsaan, kurangnya
pendidikan kewarganegaraan, kurangnya keteladanan, dan tergerusnya nilai
kearifan lokal oleh arus modernitas negatif.
Untuk
membentengi para pemuda dan masyarakat umum dari radikalisme dan terorisme,
Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggunakan upaya pencegahan melalui
kontra-radikalisasi (penangkalan ideologi). Hal ini dilakukan dengan membentuk
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di daerah, Pelatihan anti
radikal-terorisme bagi ormas, Training of
Trainer (ToT) bagi sivitas akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi
kontra radikal terorisme siswa SMA di empat provinsi.
ada beberapa
hal yang patut dikedepankan dalam pencegahan terorisme di kalangan pemuda :
Ø
Pertama, memperkuat
pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan menanamkan
pemahaman
yang mendalam terhadap empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI,
dan Bhineka Tunggal Ika. Melalui pendidikan kewarganegaraan, para pemuda
didorong untuk menjunjung tinggi dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur
yang sejalan dengan kearifan lokal seperti toleransi antar-umat beragama,
kebebasan yang bertanggung jawab,
gotong royong, kejujuran, dan cinta tanah air serta kepedulian antar-warga masyarakat.
Ø
Kedua, mengarahkan
para pemuda pada beragam aktivitas yang berkualitas baik di bidang
akademis,
sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga.
Ø
Ketiga, memberikan
pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga pemuda tidak
mudah
terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam hal ini, peran guru agama di
lingkungan sekolah dan para pemuka agama di masyarakat sangat penting.
Ø
Keempat, memberikan
keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya keteladanan dari
para
penyelenggara negara, tokoh agama, serta tokoh masyarakat, maka upaya yang
dilakukan akan sia-sia.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Radikalisme
itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan dengan
satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan
menggunakan cara yang salah. Fenomena meningkatnya tindakan radikalisme dikarenakan dangkalnya pemahaman terhadap Agama dan
Pancasila. Oleh karena itu, dibutuhkan pengimplementasian terhadap nilai-nilai
Pancasila dan
pembentengan para pemuda dari
radikalisme.
DAFTAR PUSTAKA
FOLLOW IN HERE KLIK NOW
ReplyDeleteRental Mobil Jakarta Selatan
Rental Mobil Jakarta
Rental Mobil Innova Jakarta
Rental Mobil Innova Jakarta Selatan
stik golf murah
grosir jilbab murah purbalingga
grosir jilbab tanah abang
grosir jilbab Murah cirebon
mesin kangen
mesin kangen water
kangen water
enagic kangen water
harga mesin kangen water
harga mesin kangen water asli
air kangen water
kangen water cirebon
----------------Parfum mobil badan Aroma Kopi ,Buah dan lain''-------------------
kopi bali
parfum mobil kopi bali
parfum kopi bali
parfum badan aroma kopi
parfum mobil aroma kopi
parfum mobil koke
parfum koke
parfum aroma kopi
koke
parfum badan koke
----------------Kopi Aceh-----------------------------------
kopi aceh
parfum mobil kopi aceh
parfum kopi aceh
parfum badan aroma kopi
parfum mobil aroma kopi
parfum mobil koke
parfum koke
parfum aroma kopi
koke
parfum badan koke
http://kopiacehofficial.com/
http://kopibaliofficial.com
http://www.mesinkangen.co.id
Don'T forget Smile To day ^_^